Beranda | Artikel
Inkarus Sunah dan Realita Zaman
Rabu, 1 Februari 2017

Inkarus Sunah &  Realita Zaman

Di lombok ada aliran yang digagas oleh Rumah Mengenal Alquran (RMA), mereka mengingkari semua hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Slogan dia adalah Bela Allah atau bela ahli kitab al-Quran… maksudnya, kalau kamu bela Allah, maka harus membela al-Quran. Jika kamu bela Rasulullah, berarti membela ahli kitab al-Quran… maka yang benar, seharusnya bela al-Qur’an, bukan bela hadis, agar disebut bela Allah…

Bagaimana menyikapi aliran semacam ini?

Diantara ajaran aliran ini,

– tidak menggunakan Alquran dalam bahasa Arab, melainkan hanya melalui terjemahan versi bahasa Indonesia

– ucapan salam berbeda dengan ucapan salam umat Islam pada umumnya

– kita tidak perlu salat, tidak perlu puasa, karena cara-cara salat dan puasa itu di hadis, tidak di Alquran

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Ada pepatah arab menyatakan,

لكل شيء وارث

“Segala pemikiran pasti ada penerusnya”.

Ungkapan inilah yang nampaknya paling pantas untuk menggambarkan fenomena di atas. Bagian dari keajaiban Indonesia, se-sesat apapun pemikiran manusia, pasti akan ada pengikutnya. Belum hilang dari ingatan kita untuk kasus kanjeng dukun pengganda uang.. sudah gempar lagi dengan aliran inkarus sunah.

Betapa Indonesia menjadi lahan paling subur untuk aliran menyimpang. Dan kita bisa perhatikan, rata-rata aliran menyimpang semacam ini muncul dari orang yang bodoh agama.

Bela Allah, Bukan Bela Ahli Kitab Allah

Jika benar penggagas aliran ini paham al-Quran, tentu dia akan malu mengatakan demikian. Karena ketika kita mengakui kebenaran al-Quran, berarti kita juga mengakui kebenaran Nabi Muhammad sebagai penyampai al-Quran. Untuk itu, mentaati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hakekatnya sama dengan mentaati Allah yang mengutus beliau.

Prinsip semacam ini banyak Allah ajarkan dalam al-Quran. Diantaranya Allah berfirman,

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

Siapa yang mentaati ar-Rasul, hakekatnya dia mentaati Allah… (QS. an-Nisa: 80)

Mentaati utusan, hakekatnya sama dengan mentaati yang mengutus. Karena itulah, Allah murka kepada orang kafir, karena mereka telah mendustakan para Rasul…

كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ

“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS. as-Syu’ara: 105)

Allah juga berfirman,

كَذَّبَتْ عَادٌ الْمُرْسَلِينَ

“Kaum Ad telah mendustakan para rasul.” (QS. as-Syu’ara: 123)

Allah juga berfirman,

كَذَّبَتْ ثَمُودُ الْمُرْسَلِينَ

“Kaum Ad telah mendustakan para rasul.” (QS. as-Syu’ara: 141)

Dan mereka mereka semua dibinasakan oleh Allah dengan hukuman yang sangat mengerikan.. Karena mendustakan Rasul, berarti sama dengan mendustakan Allah… Inkarus sunah, sama dengan inkarul Qur’an.

Tentu saja penganut aliran ini tidak akan bersedia jika mereka disamakan seperti kaumnya Nuh, kaum Ad, atau Tsamud yang mendustakan Rasul yang Allah utus kepada mereka.

Hadis juga Wahyu yang Harus Dibela

Allah turunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam 2 panduan, al-Quran dan Sunah. dan Allah menjamin, apapun yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wahyu.

Allah berfirman,

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

Muhammad tidaklah berbicara dari hawa nafsunya. Tidak lain semua itu adalah wahyu yang disampaikan. (QS. an-Najm: 3-4)

Seorang ulama tabiin, Hassan bin Athiyah pernah mengatakan,

كان جبريل ينزل على النبي صلى الله عليه وسلم بالسنة كما ينزل عليه بالقرآن

Jibril turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa sunnah sebagaimana Jibril turun kepada beliau dengan membawa al-Quran. (HR. ad-Darimi dalam Sunannya no. 588 & al-Khatib dalam al-Kifayah no. 12).

Kehadiran mereka telah disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Sejak 14 abad silam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan akan kehadiran pengingkar sunah.

Dalam hadis dari al-Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا إِنِّي أُوتِيتُ القُرآنَ وَمِثلَهُ مَعَهُ ، أَلَا يُوشِكُ رَجُلٌ شَبعَان عَلَى أَرِيكَتِهِ يَقُولُ : عَلَيكُم بِهَذَا القُرآنِ ، فَمَا وَجَدتُم فِيهِ مِن حَلَالٍ فَأَحِلُّوهُ ، وَمَا وَجَدتُم فِيهِ مِن حَرَامٍ فَحَرِّمُوهُ ، أَلَا وَإِنَّ مَا حَرَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَمَا حَرَّمَ اللَّهُ

“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi al-Qur’an dan sesuatu yang sama dengan al-Qur’an. Ketahuilah, akan ada orang yang suka kekenyangan, bertelekan di ranjang mewah, dan berkata, “Berpeganglah kalian kepada al-Qur’an. Apapun yang dikatakan halal di dalam al-Qur’an, maka halalkanlah, sebaliknya apapun yang dikatakan haram dalam al-Qur’an, maka haramkanlah. Sesungguhnya apapun yang diharamkan oleh Rasulullah, Allah juga mengharamkannya.” (HR. Turmudzi 2664 dan dishahihkan al-Albani).

Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan,

“aku diberi al-Qur’an dan sesuatu yang sama dengan al-Qur’an”

Apa sisi kesamaan sunah dengan al-Quran?

Sama dari sisi jumlahnya, kuantitas teksnya? Jelas tidak. Karena sunah lebih banyak dibandingkan al-Quran. Sehingga sisi kesamaan dalam hadis ini maksudnya adalah sama-sama berstatus sebagai wahyu.

Lalu beliau meyebutkan akan ada orang yang suka kekenyangan bertelekan di ranjangnya, yang ini menunjukkan bahwa dia seorang pemalas. Malas untuk belajar, sehingga tidak pernah berjuang untuk mencari ilmu.

Orang ini berkomentar,

“Berpeganglah kalian hanya dengan al-Quran…”

Anda bisa perhatikan, komentar semacam ini hanya akan muncul dari mereka yang kurang paham ilmu. karena itu wajar, jika mereka hanya membaca teks terjemahan Indonesia, karena mereka tidak paham bahasa arab, tidak paham tafsir…

Sayangnya, masih ada orang yang mempercayainya…

Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari tipu muslihat setan yang membisikkan kalimat indah, untuk menipu manusia.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/28944-inkarus-sunah-realita-zaman.html